PD Pewarna Banten Adakan Diskusi Lintas Agama : Merdeka dan Bebas dari Intoleransi - Lintas Polisi

PD Pewarna Banten Adakan Diskusi Lintas Agama : Merdeka dan Bebas dari Intoleransi

Tangerang,lintaspolisi.com– PEWARNA Indonesia Prov.Banten mengadakan Konferda( Konferensi Daerah ) sekaligus mengadakan FGD ( Forum Grup Diskusi ) yang mengusung tema ” Merdeka dan Bebas dari Intoleransi “, diadakan di gedung Radio Heartline 100,6 FM di Jl.Permata Sari No 1000 Binong Kec Karawaci Kab.Tangerang Prov.Banten, Sabtu ( 16/8/2025 ).

Acara di mulai pukul 09.00 wib dibuka dengan kebaktian singkat dan Firman Tuhan di bawakan oleh Hambanya Pdt.Doni Susanto dari PGI Wilayah Banten Firman Tuhan terambil dari Kolose ( 3: 23-24 )

Hadir sebagai narasumber, para tokoh dari enam agama resmi di Indonesia: Johannes Nur Wahyudi Tokoh masyaakat Katolik yang juga anggota FKUB Kab.Tangerang, Js. Herlinawati, S.T. Rohaniawan Konghucu Bio /Makin Tangerang, Pdt. Doni Susanto, S.Th. Muspija Banten/PGI wulayah Banten, Ida Bagus Alit Wiratmaja, S.H., M.H. ketua Parisada Hindu Darma Indonesia ( PHDI ) Prov.Banten, Dr. H. Muhammad Qustulani, MA. Hum. Ketua STISNU Tangerang, serta Bhikkhu Abhipuñño, B.A., M.A. Kepala Vihara Siddarta. Tak ketinggalan, Yusuf Mujiono, Ketua Umum DPP Pewarna, turut memberi dukungan dalam forum yang sarat makna kebangsaan ini.

Dr. Muhammad Qustulani menegaskan pentingnya melihat Pancasila dari perspektif seluruh agama, bukan hanya satu keyakinan semata. “Tantangan terbesar bangsa ini adalah politik identitas. Dalam Islam, kita diperintahkan untuk saling mengenal agar dapat menerjemahkan kasih dan cinta Tuhan kepada sesama manusia,” ungkapnya.

Senada dengan itu, Bhikkhu Abhipuñño menekankan akar kedamaian ada dalam pikiran dan ucapan. “Akar kebencian membawa perpecahan, sedangkan akar cinta kasih atau Metta menumbuhkan kedamaian. Dalam doa kami, selalu terucap, Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta — semoga semua makhluk hidup berbahagia,” ujarnya penuh keteduhan.

Dari perspektif Hindu, Ida Bagus Wiratmaja mengingatkan akan peran vital media. “Indonesia terdiri dari 1.340 suku. Media harus menjadi penengah dan penyaring berita yang bisa memecah belah. Jangan sampai Indonesia pecah seperti Rusia yang tak lagi bisa dipersatukan,” katanya menekankan peran jurnalisme yang bijak.

Sementara itu, Pdt. Doni Susanto menilai bahwa toleransi dapat dimulai dari hal sederhana: hafal salam antaragama. “Sebelum memulai aktivitas, kita selalu menyapa. Menghargai salam agama lain adalah awal toleransi. Intoleransi jangan hanya dihadapi negara, tetapi kita semua harus hadir merawat toleransi,” ujarnya. Doni juga membagikan pengalaman kebersamaan lintas iman dalam suasana santai. “Ketika Bante Abhipuñño mengajak ngopi, bukan kopinya yang penting, tetapi esensi pertemuan—saling mengenal dan membangun kekeluargaan.”

Johannes Nur Wahyudi, dari Katolik, menggarisbawahi bahwa toleransi berarti mengakui kebenaran dan kebaikan dari agama lain. Ia mengingatkan agar media tidak terjebak dalam prinsip “bad news is good news.” “Pewarna harus berani mewartakan kabar baik, karena Nasrani berasal dari kata Nasroh yang berarti penolong,” tuturnya.

Dari tokoh Konghucu, Herlinawati menekankan pentingnya pengendalian diri. “Banyak yang membawa masalah pribadi dengan memakai baju agama. Dalam Konghucu, tuntutan positif harus dimulai dari diri, lalu keluarga, masyarakat, hingga mendampingi dunia,” jelasnya

Menutup diskusi, Pdt. Dr. Philip S. Buulolo menegaskan bahwa intoleransi seringkali lahir dari minimnya pemahaman antaragama serta derasnya arus hoaks. Ia menegaskan komitmen Pewarna untuk menghadirkan berita yang menyejukkan, bukan yang menebar perpecahan. “Dasar hukum iman Kristen adalah kasihilah Tuhan dan kasihilah sesamamu manusia. Pewarna hadir untuk menyuarakan kasih itu lewat karya jurnalistik,” ucapnya.

Forum ini menjadi cermin bagaimana perbedaan tidaklah untuk dipertentangkan, melainkan dirawat sebagai harmoni kebangsaan. Kata-kata para tokoh berkelindan bagai jalinan benang, menenun kain kebhinekaan Indonesia: kokoh, berwarna, dan penuh kasih.

Rangkaian acara demi acara berjalan dengan baik dan lancar,sesi terakhir dengan pemilihan Ketua PD Banten Periode 2025-2030.
Pemimpin sidang langsung dari Pengurus Pusat Pewarna Indonesia dan di dampingi dari PD Banten.

Pemilihan Ketua PD Banten 2025-2030 berlangsung dengan demokrasi dan terpilih menjadi ketua Dr.Philip S Buulolo dan ketua terpilih merangkul semua anggota untuk mau memajukan Pewarna di Banten.

“Di pemilihan ketua PD Banten ini tidak ada yang kalah dan menang,saya mengajak kepada rekan-rekan semua mari kita berkolaborasi untuk memajukan Pewarna di Prov.Banten”,Tutup Philip. ( Tim Pewarna )

(Visited 4 times, 4 visits today)